UPACARA SEMBAHYANG MENGENANG 12 TAHUN GEMPA DAN TSUNAMI

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: “ca-pub-8996353130901292”,
enable_page_level_ads: true
});

15727318_1296170217107681_4570700513713672621_n.jpgPemandangan yang berbeda terlihat dikuburan massal yang terletak di Siron, Kec. Ingin Jaya, Aceh Besar. Didepan momunen terlihat dua orang yang sedang hikmat dan khusyuk saat mereka melakukan upacara sembahyang, ritual tersebut dilakukan oleh penganut agama Buddha sebagai mediasi pengiriman doa kepada korban yang dikebumikan dikuburan massal tersebut.

Pemandangan yang seperti ini, tentunya menjadi pembeda suasana. Pasalnya, sebagian besar penziarah, hanyut dalam kekhusukan membaca Surat Yasin sambil sesekali tersedu, serta merenung sembari mengeluarkan air mata mengenang peristiwa pahit silam. sedangkan mereka terlihat serius dan larut menjalankan ritual. Kungunjungan ziarah Mereka kekuburan massal Siron, tepat sehari sebelum tanggal peringatan Tsunami(25/12).

Kedua orang yang beragama Buddha tersebut, berziarah tepat sehari sebelum acara puncak, alasan mereka demi menghindari padatnya massa yang juga akan berziarah pada esok harinya. Ketetapan peringatan Tsunami diperingati oleh masyarakat Aceh setiap tanggal 26 Desember  yang merupakan hari puncak peringatan Tsunami di Aceh, sehingga hal itu bisa menyebabkan ketidakkhusukan jika mereka berziarah tepat hari puncaknya dan akan menyulitkan mereka pada proses ritualnya.

Usai upacara sembahyang, mereka melanjutkan proses menyebarkan Dupa dititik tertentu pada areal kuburan dan meletakkan karangan bunga pada monument yang bertuliskan, Bala tasaba nekmat tasyuko disinan le ureueng bahgia (bencana kita sabari nikmat kita syukuri banyaklah orang yang akan bahagia) sebagai tanda penghormatan kepada korban jiwa pada bencana yang meluluhlantakan Aceh 2004 silam.

Salah seorang dari mereka bernama Yuswar yang merupakan Aktivis Buddhayana di Aceh, serta menjabat sebagai wakil ketua DPD Gerindra Prov. Aceh. Ia sendiri setiap tahunnya selalu  memperingati hari Tsunami Aceh, sama halnya seperti yang dilakukan masyarakat Aceh pada umunnya. Namun, tentunya dengan cara yang berbeda. Setiap tahunnya yuswar melakukan   upacara sembahyang dengan rasa saling menghargai antar sesama.

Bencana maha dahsyat yang menimpa Aceh 12 tahun silam yang menelan ratusan ribu korban jiwa, ternyata juga menimpa keluarga serta kerabat Yuswar yang menjadi korban jiwa pada peristiwa yang menakutkan tersebut. Jasad dari beberapa keluarga dan sanaksaudara tak tahu dimana berada kala itu, hal itu yang menjadi sebab kuat setiap tahunnya ia melakukan ziarah ketempat-tempat kuburan masal dan meyakini mereka yang sudah tiada ikut terkubur bersama disana.

Yuswar sendiri merupakan salah seorang korban yang selamat dari guncanagan gempa dan terjangan Tsunami mahadahsyat yang terjadi di tanah serambi mekkah, sehingga dikala itu Dunia ikut menangis menyaksikannya, kemudian tak heran banyak uluran tangan dari mereka yang  merasa simpati pada masyarakat Aceh yang menjadi memilukan.

“banyak urusan yang masih harus diperbaiki didunia ini, oleh kerena itu kami selamat. Sedangkan para korban yang sudah tiada sudah menyelesaikan tugasnya dan kembali padaNya” cetusnya sangat ditanyai tentang bagaimana saat ia merasakan sendiri betapa menakutkan peristiwa tersebut.

Ia tidak banyak memberikan komentar saat ditanyai tentang masa silam yang kelam tersebut, rasa sedih selalu menyelimutinya jika mengingat peristiwa pahit itu. Oleh sebab ia menambahkan “kita yang masih tinggal segera selesaikan urusan, jangan terlalu larut karena mereka disana sudah selesai dengan segala urusan”

Kuburan massal Siron baginya, sudah mewakili dari doa yang Ia kirimkan kepada keluarga dan kerabat yang tidak ia ketahui pasti apakah ada sanaksaudaranya yang dikebumikan dikuburan massal tersebut, atau bahkan malah dikuran massal liannya yang ada di Ulee Leue dan Lhok Nga yang mungkin saja ada disana.

Pria paruh baya aktivis Buddhayana itu beserta rekannya yang lain, turut aktif menangani bencana yang terjadi beberapa waktu di Pidie Jaya. Ia menaruh perhatian dan turut prihatin tentang yang dialami oleh masyarakat Pidie, karena hal yang serupa pernah menimpanya 12 tahun silam, yang menyebabkan hilangnya harapan dan kesedihan yang mendalam bagi korban yang kehilangan harta dan keluarga tercinta.

Tinggalkan komentar