MENGENAL BEBERAPA PARA AHLI DAN PENJELAJAH MUSLIM KLASIK

                                                               KATA PENGANTAR

 

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MENGENAL BEBERAPA PARA AHLI DAN PENJELAJAH MUSLIM KLASIK”.

Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, beseta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOGRAFI ISLAM yang di bimbing oleh Bapak Hasan Basri M nur.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada semua mahasiswa yang berada di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Arraniry Banda Aceh.

 

 

 

 

 

 

Banda Aceh,  September 2015

       Ade Putra Setiawansyah

    Penulis

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar belakang

Islam mendorong umatnya untuk membuka pikiran dan cakrawala. Allah SWT berfirman:

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Sungguh telah berlaku sunnah-sunnah Allah SWT (hukum Allah SWT) maka berjalanlah kamu di muka bumi dan lihatlah bagaimana akibat (perbuatan) orang-orang mendustakan ayat-ayat-Nya[1]. Perintah ini telah membuat umat Islam di abad-abad pertama berupaya untuk melakukan ekspansi serta ekspedisi.

Selain dilandasi faktor ideologi dan politik, ekspansi Islam yang berlangsung begitu cepat itu juga didorong insentif perdagangan yang menguntungkan. Tak pelak umat Islam pun mulai mengarungi lautan dan menjelajah daratan untuk menyebarkan agama Allah SWT. Seiring meluasnya ekspansi dan ekspedisi ruterute perjalanan melalui darat dan laut pun mulai bertambah.

sejak abad ke-8 M, kawasan Mediterania telah menjadi jalur utama Muslim. Jalur-jalur laut dan darat yang sangat sering digunakan akhirnya menghubungkan seluruh wilayah Muslim yang berkembang mencapai India, Asia Tenggara, dan Cina meluas ke utara dari Sungai Volga hingga Skandinavia dan menjangkau jauh ke pedalaman Afrika.

Ekspansi dan ekspedisi di abad-abad itu mendorong para sarjana dan penjelajah Muslim untuk mengembangkan geografi atau ilmu bumi. Di era kekhalifahan, geografi mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan geografi yang ditandai dengan ditemukannya peta dunia serta jalur-jalur perjalanan di dunia Muslim itu ditopang sejumlah faktor pendukung.

 

  1. Rumusan Masalah

  1. Mengenal bagaimana perkembangan geografi islam?
  2. Mengenal Tokoh Dan Penjelajah Muslim klasik?

 

  1. Tujuan

 

  1. Untuk mengetahui perkembangan geografi islam.
  2. Untuk mengetahui Tokoh Dan Penjelajah Muslim klasik.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. Perkembangan geografi islam

Era keemasan Islam, perkembangan astronomi Islam, penerjemahan

Naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab serta meningkatnya ekspansi perdagangan dan kewajiban menunaikan ibadah haji merupakan sejumlah faktor yang mendukung berkembangnya geografi di dunia Islam. Tak pelak, Islam banyak memberi kontribusi bagi pengembangan geografi.

Ketertarikan umat Muslim terhadap geografi diawali dengan kegandrungan atas astronomi. Perkembangan di bidang astronomi itu perlahan tapi pasti mulai membawa para sarjana untuk menggeluti ilmu bumi.

Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al- Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 M memerintahkan para geografer Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu munculah istilah mil untuk mengukur jarak. Sedangkan orang Yunani menggunakan istilah stadion[2].

Upaya dan kerja keras para geografer Muslim itu berbuah manis. Umat Islam pun mampu menghitung volume dan keliling bumi. Berbekal keberhasilan itu, Khalifah Al-Mamun memerintahkan para geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi yang besar. Adalah Musa Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya mampu membuat peta globe pertama pada tahun 830 M.

Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi yang berjudul Surah Al- Ard (Morfologi Bumi) sebuah koreksi terhadap karya Ptolemaeus. Kitab itu menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’.

Sejak saat itu, geografi pun berkembang pesat. Sejumlah geografer Muslim berhasil melakukan terobosan dan penemuan penting. Di awal abad ke-10 M, secara khusus, Abu Zayd Al-Balkhi yang berasal dari Balkh mendirikan sekolah di kota Baghdad yang secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.

  1. Mengenal beberapa para ahli dan penjelajah muslim klasik

 

  1. Al- Bakri

Abū ʿUbayd ʿAbd Allāh ibn ʿAbd al-ʿAzīz ibn Muḥammad al-Bakrī adalah keturunan bangsa arab yang lahir di huelva, spanyol, pada 1014. Kemudian dia hidrah ke cardova untuk belajar dan meninggal di sana dalam usia 80 tahun tepatnya tahun 1094. Selain ahli geografi al-bakri juga di kenal sebagai ahli sejarah[3].

Di abad ke-11 M, seorang geografer termasyhur dari Spanyol, Abu Ubaid Al- Bakri berhasil menulis kitab di bidang geografi, yakni Mu’jam Al-Ista’jam (Eksiklopedi Geografi) dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan). Buku pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab. Sedangkan yang kedua berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu.

  1. Idrisi

Abu Abdullah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti atau singkatnya Al-Idrisi adalah pakar geografi, kartografi, mesirologi, dan pengembara yang tinggal di Sisilia, tepatnya di istana Raja Roger II. Muhammad al-Idrisi lahir di kota Afrika Utara Ceuta (Sabtah) yang termasuk bagian Kekaisaran Murabitun dan wafat di Sisilia. Al-Idrisi merupakan keturunan para penguasa Idrisiyyah di Maroko, yang merupakan keturunan Hasan bin Ali, putra Ali dan cucu nabi Muhammad.

Al-Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi yang lahir pada tahun 1100 di Ceuta Spanyol itu juga menulis kitab geografi berjudul Kitab Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala). Kitab ini begitu berpengaruh sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Geographia Nubiensis.

Dalam globe itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung. Globe tersebut juga memuat informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat. Sebagai pelengkap Al-Idrisi menulis buku berjudul Al- Kitab al-Rujari atau Buku Roger yang didedikasikan untuk sang raja, dimana dalam buku tersebut, Al-Idrisi menjelaskan tentang batas-batas wilayah masing-masing negara mulai dari Al-Yabis sampai laut Atlantik.

Selama berabad-abad, peta yang dibuatnya telah digunakan peradaban Barat karena pada masa itu belum ada sarjana Barat yang mampu membuat peta dunia yang akurat. Sehingga sosok Al-Idrisi menjadi sangat fenomenal di benua Eropa. Peta yang diciptakan Al-Idrisi tersebut digunakan para penjelajah Barat untuk berkeliling dunia. Dua abad sebelum Marco Polo menjelajahi samudera, Al Idrisi sudah memasukkan seluruh benua seperti Eropa, Asia, Afrika, dan utara Equador ke dalam peta yang diciptakannya. Dan tanpa peta Al-Idrisi pula, mungkin saja Chistopher Columbus tak bisa menginjakkan kakinya di benua Amerika. Menurut Dr A Zahoor dalam tulisannya berjudul Al-Idrisi, saat melakukan ekspedisi mengelilingi dunia, Columbus menggunakan peta yang dibuat Al-Idrisi. Inilah merupakan salah satu fakta lainnya yang dapat mematahkan klaim Barat bahwa Columbus merupakan penemu benua Amerika yang pertama[4].

Al-Idrisi selain dikenal sebagai ahli dalam bidang geografer dan kartografer, ia juga berperan dalam pengembangan studi zoologi dan botani. Kontribusinya terbilang penting bagi pengembangan ilmu hayat itu dituliskannya dalam beberapa buku. Ia begitu intens mengkaji ilmu pengobatan dengan tumbuh-tumbuhan. Tak heran, jika ilmu Botani berkembang pesat di Cordoba, Spanyol – tempat Al-Idrisi menimba ilmu.

  1. Ibnu jubair

Ibnu jubair adalah Seorang pengembara Andalusia (Spanyol), dimana buku tentang pengembaraannya dianggap sebagai puncak karya seni sastra pengembaraan bangsa Arab yang tiada tandingnya. Pengembaraanya membawa kedudukan yang terhormat dalam ilmu geografi. Ia adalah seorang penulis dan penyair yang bekerja pada penguasa Granada dan dinasti Al Muwahiddun.

Diantara karyanya yang terkenal adalah Rihlah Ibn Jubair, merupakan kisah perjalanannya yang pertama. Karyanya ini banyak dirujuk oleh para ahli geografi sesudahnya , antara lain : Al Abdari, Ibn Bathuthah, Ibn Khatib, Al Maqrizi, Al Mugni Al Tilmaasani, dan lain-lain

  1. Al-mazini

Penjelajah arab spanyol lainnya adalah abu hamid muhammad al-mazini (1081-1170 M ). Penjelajah asal granada, spanyol, ini pernah mengunjungi rusia pada tahun 1136 dia juga melewati wilayah bulgaria dan menyaksiakan aktivitas atau kesibukan dari bagian negara bulgaria di wilayah volga.

  1. Ibnu hawqal

Popularitasnya sebagai seorang ahli geografi semakin melambung setelah berhasil meluncurkan surat Al-ardh atau ‘peta bumi’. Adikarya Ibnu Hawqal itu ditulis pada tahun 977 M. Kitab berisi peta bumi yang ditulisnya seringkali disebut sebagai al- Masalik wa al-Mamalik. Selain, dikenal sebagai geografer fenomenal, Ensiklopedia Ukraina menyebut Ibnu Hawqal sebagai saudagar dan penjelajah kenamaan dari dunia Arab. ‘’Dalam buku perjalanannya, dia mengisahkan tiga jenis orang Rus dan menjelaskan tentang Kyiv,’‘ ungkap Ensiklopedia Ukraina. Ilmuwan Muslim itu terlahir di Nisibis, sebuah kota di Provinsi Mardin, sebelah tenggara Turki pada 15 Mei 943 M. Ibnu Hawqal juga tercatat sebagai seorang sastrawan Arab terkemuka. Namun, sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk me ngembangkan geografi.

Selama 30 tahun berpetualang menelusuri negara demi negera, membuat Ibnu Hawqal sempat menginjakan kakinya di kawasan Asia dan Afrika yang terpencil sekalipun. Dalam salah satu penjelajahan, Ibnu Hawqal terbawa sampai ke daerah yang berlokasi di 20 derajat selatan dari khatulistiwa sepanjang pantai Afrika Timur. Kemudian Ibnu Hawqal menggambarkanya dalam peta serta menuliskan secara rinci kelebihan dan bentuk negara tersebut. Menurutnya, di wilayah itu terdapat orang-orang Yunani yang bekerja menggunakan logika dibandingkan pengalaman. Salah satu kehebatan Ibnu Hawqal adalah mampu menjelaskan sebuah wilayah secara akurat. Tak heran, jika peta yang diciptakannya telah berhasil memandu para wisatawan dan penjelajah. Surat Alardh yang diciptakannya mampu menjelaskan secara rinci wilayah Spanyol Muslim, Italia dan khususnya Sicilia, serta (Tanah Romawi) istilah yang digunakan dunia Muslim untuk menjelaskan kekaisaran Byzantium.

Lewat catatan perjalanannya, Ibnu Hawqal mengisahkan hasil pengamatannya yang menyebutkan tak kurang ada 360 bahasa yang digunakan masyarakat di Kaukasus  bahasa Azeri dan Persia menjadi bahasa pergaulan masyarakat di wilayah itu. Ia juga memberikan gambaran mengenai Kiev, dan telah menyebutkan rute dari Volga Bulgars dan Khazars. Ia juga memaparkan tentang Sicilia wilayah otonom di Italia Selatan. Ibnu Hawqal sangat mengaggumi Palermo, ibukota Sicilia. Kota dengan 300 masjid, begitulah di menjuluki kota yang sempat dikuasai umat Islam itu. Secara menga gumkan, Ibnu Hawqal mampu menggambarkan suasana Palermo pada tahun 972 M[5].

  1. Ibnu batutah

Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati atau Shams ad – Din atau lebih dikenal orang dengan nama Ibnu Battuta lahir pada 24 Februari 1304 M (723 H) di Tangier Maroko. Ibnu Battuta dikenal karena petualangannya mengelilingi dunia. Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya selama rentang waktu 1325-1354 M atau tiga kali lebih panjang dari jarak yang telah ditempuh oleh Marco Polo. Seluruh catatan perjalanan dan pengalaman Ibnu Battuta selama pengembaraan ditulis ulang oleh Ibnu Jauzi seorang penyair dan penulis buku kesultanan Maroko.

Perjalanan perdana Ibnu Battuta dimulai ketika menunaikan ibadah hajinya yang pertama, tepat pada tanggal 14 Juni 1325. Ia bersama jamaah Tangiers lainnya menempuh keringnya hawa laut Mediterania di tengah teriknya daratan berpasir Afrika Utara. Semuanya dilakukan hanya dengan berjalan kaki.

Kota Alexandria menjadi kota pertama yang disinggahinya. Tak lama ia mampir ke Kairo untuk memulai perjalanan menuju Mekkah. Dari Kairo, Ibnu Battuta melewati rute yang melalui kota Yerusalem, Aleppo dan Damaskus, bersama karavan rombongan haji menuju Mekkah. Rombongan ini terdiri dari kaum Muslim, kaya dan miskin, terpelajar dan biasa saja, tentara, pedagang dan cendekiawan. Semuanya pergi bersama-sama tanpa ada yang membanggakan status sosialnya.

Di setiap kota sepanjang perjalanan, mereka selalu dijamu, tempat berteduh dan keramahtamahan penduduk kota. Kebaikan terhadap tamu Allah SWT yang telah mentradisi dalam masyarakat Muslim Arab, memudahkan bagi Ibnu Battuta, untuk menempuh perjalanan dengan bekal uang seadanya.

Ia tiba di Mekkah pada bulan Oktober 1326. Selama di kota suci, ia bertemu dengan jamaah dari berbagai negeri. Setiap orang yang ditemui Ibnu Battuta selalu menarik perhatiannya. Hingga, ia memutuskan untuk membatalkan kepulangannya ke Tangiers dan memulai pengembaraannya menjelajahi dunia.

Pada tahun 1330, Ibnu Battuta memulai pelayaran pertamanya. Ia baru saja berumur 27 tahun dan telah menjadi penjelajah yang cukup berpengalaman. Perahu yang dinaikinya adalah Jalba, satu dari kapal laut melegenda di Laut Merah, terbuat dari bilahan papan yang diolesi minyak ikan hiu agar anti air.

Ketika itu ia berada di Jeddah, bersiap untuk embarkasi menuju Yaman dan pelabuhan Gujarati di India. Ia mendengar penguasa muslim di Delhi butuh orang-orang terpelajar untuk membantu administrasi kesultanannya. Sahabatnya, Mansur, mengajak Ibnu Battuta untuk berada diatas Jalba-nya, tetapi ia menolaknya, “berhubung kapalnya sudah dipenuhi dengan unta-unta, dan sejak aku belum pernah bepergian di atas laut, hal ini membuatku khawatir”.

Ia tepat untuk merasa khawatir. Baru dua hari berlayar, arah angin berubah dan kapal kecil ini terombang-ambing oleh gelombang laut tiada hentinya. Badai kian mendekat, buritan kapal mulai berdetam keras oleh gelombang laut, para pemunpang termasuk Ibnu Battuta mengalami mabuk laut. Kapal Jalba akhirnya bersauh di pantai, namun bukannya di Yaman, melainkan di arah seberangnya yaitu pesisir pantai Afrika di antara Aydhab dan Suakin.

Para musafir yang terdampar ini menyewa unta dan memulai perjalanan menuju arah selatan di Suakin. Penguasa disana adalah Zayd ibn Abi Numayy, anak dari gubernur kota Mekkah, yang ternyata saudara dari sahabatnya, Mansur. Perjalanan pulang mereka melewati Laut Merah yang meski rute pendek, bisa sulit sekali karena angin kerap berubah-ubah.

Ibnu Battuta akhirnya sampai di Ta‘izz, ibukota Yaman yang dikuasai dinasti Islam Rasuliyah. Dinasti ini terdiri dari elit militer Turki seperti dinasti Islam lainnya saat itu. Di kota Aden, ia menyaksikan sebuah kota terbesar dan terkaya yang pernah ada di pesisir Laut Hindia.

Penjelajahannya berlanjut menuju Somalia, pantai-pantai Afrika Timur, termasuk Zeila dan Mambasa. Kembali ke Aden, lalu ke Oman, Hormuz di Persia dan Pulau Dahrain. Di negeri Persia, Ibnu Battuta berkesempatan bertamu di kota Baghdad. Di kota ini ia menyaksikan sarana pemandian umum yang tak ada tandingannya di dunia. Setelah itu, Ibnu Battuta kembali ke kota Mekkah pada tahun 1332. Menaiki sebuah kapal Genoa, ia berlayar ke kota Alaya di pantai selatan Asia Kecil.

Usai melakukan perjalanan laut, pada tahun 1333 Ibnu Battuta melanjutkan pengelanaan lewat darat. Ia jelajahi stepa-stepa di Rusia Selatan hingga sampai ke istana Sultan Muhammad Uzbegh Khan di tepi sungai Wolga. Ia melanjutkan penjelajahannya hingga ke Siberia. Bahkan, ia sempat berniat menuju Kutub Utara, namun batal karena dingin cuaca daerah “Tanah Gelap”, sebutan wilayah yang tak pernah ada sinar matahari tersebut.

Pada 12 September 1333, setelah perjalanan panjang melewati wilayah Iran, Anatolia dan Asia Tengah, Ibn Battuta akhirnya singgah di tepi sungai Indus, tepi barat India yang dikuasai oleh Muhammad Shah II, penguasa Islam di Delhi.

Ibn Battuta sudah diberi uang saku oleh pedagang Irak ketika ia transit di kota Tikrit dan membawa 30 ekor kuda dan unta penuh dengan senjata panah untuk Sultan. Hadiah ini ternyata diterima Sultan Muhammad Shah II untuk keperluan kampanye militernya. Ibnu Battuta dihadiahi posisi sebagai Qadi di Delhi dengan gaji bulanan 12.000 dirham, dua rumah tinggal dan bonus 12.000 dinar. Hanya semalam saja, anak Tangiers ini berubah menjadi orang kaya mendadak.

Dua tahun kemudian, kekacauan mulai merebak di banyak wilayah. Tujuh tahun kemudian, pemberontakan mulai merebak dimana-mana. Ibnu Battuta melihat kesultanan Delhi mulai tak terkendali dan meminta ijin untuk berhaji ke kota Mekkah, satu-satunya cara halus untuk mundur dari jabatan. Pada menit terakhir, sultan memintanya untuk memimpin 15 orang perwakilan ke Cina dan beberapa kapal penuh hadiah kepada kaisar dinasti Yuan, Toghon Temur. Ibnu Battuta mengambil kesempatan berharga ini sambil memperoleh kesempatan mengunjungi negeri yang belum ia kunjungi ini.

Rombongan diplomatik ini berangkat pada akhir musim panas di tahun 1341 menuju pelabuhan Cambay. Namun mereka diserang dalam perjalanan oleh pemberontak Hindu yang menguasai daerah pedesaan India. Ibnu Battuta tertangkap, namun berhasil melarikan diri dan bergabung denga rombongan yang tersisa.

Kunjungannya ke negeri China begitu berkesan dalam dirinya. China ketika itu dikuasai oleh dinasti Yuan dari Mongol. Walaupun tidak beragama Muslim, dinasti Yuan sangat bergantung pada kemampuan pejabat dan penasehat militer Muslim dalam urusan perdagangan. Ibnu Battuta mencatat, dibawah dinasti ini, para pedagang Muslim memperoleh keistimewaan di sepanjang sungai-sungai dan kanal-kanal di seluruh wilayah kekaisaran Cina.

Ia akhirnya bertemu dengan kaisar Cina yang memiliki armada besar yang dibangun kekaisaran tersebut. Beruntungnya, Ibnu Battuta mendapat kesempatan menikmati kapal pesiar milik kaisar menuju kota Peking, ibukota kekaisaran. Meski begitu, walau ia begitu terpesona dengan kain sutera dan porselennya, China adalah satu-satunya negeri yang dikunjunginya yang membuat dirinya mengalami gegar budaya. Tetapi pada saat yang sama ia memuji China sebagai negeri teraman dan ternyaman di dunia bagi para penjelajah.

Bertamu di Serambi Mekkah. Sebelum memulai perjalanan ke China, Ibnu Battuta sempat mengunjungi wilayah Samudera Pasai atau Aceh. Dalam catatannya, ia menulis Samudera Pasai sebagai negeri yang menghijau dan kota pelabuhannya sebagai kota besar yang indah. Dalam versi lainnya, ia menyebut pulau Sumatera sebagai “pulau Jawa yang menghijau”. Ia disambut oleh pemimpin Daulasah, Qadi Syarif Amir Sayyir al-Syirazi, Tajudin al-Ashbahani dan ahli fiqih kesultanan.

Menurut Ibnu Battuta, saat itu Samuder Pasai merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara. Sultan Mahmud Mallik Zahir, penguasa Samudera Pasai dimata Ibnu Battuta sebagai seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya pun sangat rendah hati dan berangkat ke masjid untuk sholat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai sholat, kata Ibnu Battuta, sang sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya

Selama 15 hari berada di Samudera Pasai, barulah ia melanjutkan perjalanan ke China. Penjelajah Arab dari Tangier ini akhirnya memutuskan untuk kembali pulang. Ia menuju kota Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang keempat kalinya pada tahun 1348. Lalu ia berhenti di kota Damaskus, menjenguk salah satu anaknya yang telah ia tinggalkan selama 20 tahun. Ternyata ia mengetahui bahwa sang anak telah wafat mendahuluinya sejak 15 tahun lalu.

Selama ia berada dalam penjelajahan, epidemik mematikan, The Black Plague sedang menyerang seluruh wilayah Timur Tengah. Di Kairo, Ibnu Battuta melaporkan korban tewas mencapai jumlah 21.000 jiwa, data yang turut diamini para sejarawan modern. Ia melewati kota-kota yang muram akibat wabah tersebut, namun ia selamat dari infeksi wabah ini.

Ketika ia sampai di Tangier pada tahun 1349, Ibnu Battuta mengetahui ibunya turut menjadi korban wabah The Black Plaque. Hari-harinya pun diisi dengan mengisahkan kembali perjalanan jauhnya bersama handai taulan dan teman dekatnya. Tak beberapa lama, ia mulai berangkat ke Spanyol. Tiga tahun setelahnya, ia memulai perjalanan terakhirnya, yaitu menuju kota Timbuktu, kota yang dianggap sebagai legenda oleh bangsa Eropa karena tak ada satupun orang Eropa yang pernah kesana. Pada tahun 1354, sang penjelajah besar ini di minta datang ke kota Fez oleh Sultan Abu Enan untuk membukukan kisah penjelajahan besarnya. 

  1. Laksamana cheng ho

Chang ho nama Arabnya adalah Haji Mahmud Shams (1371 – 1433), adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433. kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam. Dalam Ming Shi (Sejarah Dinasti Ming) tak terdapat banyak keterangan yang menyinggung tentang asal-usul Cheng Ho. Cuma disebutkan bahwa dia berasal dari Provinsi Yunnan, dikenal sebagai kasim (abdi) San Bao. Nama itu dalam dialek Fujian biasa diucapkan San Po, Sam Poo, atau Sam Po. Sumber lain menyebutkan, Ma He (nama kecil Cheng Ho) yang lahir tahun Hong Wu ke-4 (1371 M) merupakan anak ke-2 pasangan Ma Hazhi dan Wen[6].

Berangkatnya armada Tiongkok di bawah komando Cheng Ho (1405). Terlebih dahulu rombongan besar itu menunaikan shalat di sebuah masjid tua di kota Quanzhou (Provinsi Fujian). Pelayaran pertama ini mampu mencapai wilayah Asia Tenggara (Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa). Tahun 1407-1409 berangkat lagi dalam ekspedisi kedua. Ekspedisi ketiga dilakukan 1409-1411. Ketiga ekspedisi tersebut menjangkau India dan Srilanka. Tahun 1413-1415 kembali melaksanakan ekspedisi, kali ini mencapai Aden, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur). Jalur ini diulang kembali pada ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422). Ekspedisi terakhir (1431-1433) berhasil mencapai Laut Merah.

Cheng ho sebagaimana yang dilansir SCTV adalah sosok penemu “dunia baru” bernama Benua Amerika. sebuah salinan peta berusia 600 tahun yang ditemukan di sebuah toko buku loak mengancam status Columbus sebagai penemu Amerika.  Juga menjadi kunci untuk membuktikan bahwa orang dari Negeri China yang pertama menemukan benua itu.

Dokumen tersebut konon berasal dari suatu ketika di Abad ke-18, yang merupakan salinan peta 1418 yang dibuat Laksamana Cheng Ho, yang menunjukkan detil ‘dunia baru’ dalam beberapa sisi.

  

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Peran-peran para tokoh maupun penjelajah muslim dalam bidang geografi sangat berperan penting dalam perkembangan teknologi peradapan bagi kalangan muslim. Toko dan penjelajah muslim mampu membuka mata dunia betap besar peran dari mereka dalam pertumbuhan kemajuan zaman dan dunia baru untuk ikut andil dalam perkembangan penunjuk arah atau mengetahui sisi dunia lain, baik segi agama, budaya, sastra dan lain sebagainya.

  1. Saran

Berbanggalah kita sebagai umat muslim karena orang-orang muslim klasik tidak kalah hebat dari orang-orang non muslim,

Bakit dan berkembanglah seperti para tokoh muslim terdahulu

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Daftar buku :

~ Hasan Basri M.nur dan Ahmad Zaki Husaini, Geografi Islam : Dari Kantong Muslim Klasik, Kiprah Penjelajah Hingga Kantong-Kontong Islam Di Negara Non-Muslim ( Banda Aceh, Yayasan Al-Mukarramah, 2015)

~ Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008)

~ Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno Linguistik dan Geo Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011)

Daftar lainya :

~ https://geopustaka.wordpress.com

~ https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Abdullah_al-Bakri

~ http://rianyoseph.blogspot.co.id

~ http://www.republika.co.id

~ http://www.biografiku.com

 

 

 

[1] (Q.S Ali imran : 137)

[2] Artikel sejarah ilmu geografi islam https://geopustaka.wordpress.com di akses pada tanggal 21 april 2016

[3] Artikel Al-bakri https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Abdullah_al-Bakri di akses pada tanggal 24 april 2016

[4] Artikel al-idris http://rianyoseph.blogspot.co.id di akses tanggal 20 april 2016

[5] Artikel ibnu hawqal http://www.republika.co.id di akses pada tanggal 23 april 2016

[6] Atikel cheng ho http://www.biografiku.com di akses pada tanggal 24 april 2016.

2 pemikiran pada “MENGENAL BEBERAPA PARA AHLI DAN PENJELAJAH MUSLIM KLASIK

Tinggalkan komentar